Kaca mata Alkitab

Sudut pandang yang tepat untuk membaca Alkitab
‘Kaca mata Alkitab’ adalah mengenai membaca Alkitab dengan sudut pandang yang tepat. Kesulitan dalam membaca sebuah buku dapat diatasi dengan memakai kaca mata yang sesuai. Benda-benda yang terletak sangat jauh dapat dilihat dengan jelas dengan bantuan dari teleskop. Benda-benda yang sangat kecil dan tidak kasat mata (mikroorganisme) dapat diteliti dengan bantuan mikroskop. Sama seperti itu, ketika membaca Alkitab, kaca mata yang sesuai dibutuhkan untuk mengerti firman Allah. ‘Kaca mata Alkitab’ dapat diringkas menjadi empat pokok berikut:

Pertama, kaca mata Alkitab adalah suatu sudut pandang kudus yang berpusat kepada Yesus. Yaitu untuk membaca Alkitab melalui kaca mata Yesus. Mulai dari Kejadian sampai Wahyu, Alkitab menyaksikan tentang Yesus (Yohanes 5:39, 20:31). Perjanjian Lama adalah seperti sebuah foto yang memiliki pemandangan yang rumit sebagai latar belakangnya. Sekilas pandang, mula-mula tidak mudah untuk menemukan gambar/tokoh utama dari foto yang sedemikian rupa. Perjanjian Baru adalah seperti foto yang diperbesar dan dipusatkan kepada gambar/tokoh utama. Kesaksian mutlak dari keseluruhan Alkitab difokuskan kepada Yesus yang telah ada bersama Allah dari kekekalan sampai ia datang ke dunia untuk mengungkapkan kehendak Allah. Inilah alasan mengapa Alkitab harus dibaca dengan sikap yang berpusat kepada Yesus.

Kedua, kaca mata Alkitab adalah sudut pandang yang berpusat kepada Allah (Teosentris). Alkitab berisi firman Allah dan mengungkapkan kehendak Allah. Oleh karena itu, Alkitab harus dibaca dan dimengerti dari sudut pandang Allah. Dahulu Alkitab biasanya diterjemahkan dengan metode yang berorientasi kepada sejarah penebusan. Pengertian mereka akan Allah adalah ‘Allah yang bekerja untuk menyelamatkan manusia’ dan ‘Allah yang bekerja untuk memuaskan keinginan manusia’. Bagaimanapun juga Allah adalah yang diuntungkan dari pekerjaan-Nya sendiri dan Ia menganugerahkan kasih karunia-Nya kepada manusia sebagai bagian dari pekerjaan-Nya. Sudut pandang yang berpusat kepada Allah diawali dengan gagasan bahwa Allah berada bukan untuk manusia tetapi manusia berada untuk Allah. Hanya ketika Alkitab dibaca dalam hubungannya dengan takdir Illahi, yang sudah dirancangkan sebelum kekekalan, barulah kehendak Allah dapat dimengerti dengan benar.

Ketiga, kaca mata Alkitab adalah suatu sudut pandang Ibrani. Dalam pembacaan Alkitab, ada dua macam sudut pandang: Yunani dan Ibrani. Sudut pandang Yunani berdasarkan pada pemikiran rasional dan ilmu pengetahuan. Ini berpusat kepada manusia, dan menolak apapun yang tidak bisa dimengerti secara rasional atau akal sehat. Mereka membaca Alkitab dengan pertanyaan ‘bagaimana’. Bagi mereka sangatlah penting untuk mendapatkan jawaban yang rasional dari pertanyaan ‘bagaimana’. Sebaliknya, sudut pandang Ibrani mengikuti pemikiran orang Ibrani yang berpusat kepada Allah. Pengertian mereka mengenai Alkitab berdasarkan pada pemikiran bahwa Allah adalah yang Maha Kuasa. Mereka lebih tertarik kepada tujuan Ilahi dari peristiwa-peristiwa di dalam Alkitab. Bagaimana cara itu terjadi dan bagaimana prosesnya tidaklah menjadi perhatian mereka. Jadi mereka membaca Alkitab dengan pengertian ‘mengapa’. Jika pengertian ‘mengapa’ digunakan untuk membaca Alkitab maka kehendak Allah menjadi dapat dimengerti. Sudut pandang Yunani membawa kita kepada interpretasi sudut pandang sejarah penebusan, dan sudut pandang Ibrani membawa kita kepada interpretasi dari Gambar Kehendak Allah yang Seutuhnya.

Keempat, kaca mata Alkitab adalah suatu sudut pandang yang berorientasi pada pengalaman rohani. Sudut pandang ini mendekati Alkitab melalui kaca mata dari pekerjaan Roh Kudus sekarang ini. Peraturan dari suatu agama terdiri dari penyajian sistematik dari doktrin agama tersebut. Alkitab bukanlah sebuah buku dari doktrin-doktrin. Alkitab penuh dengan pengalaman-pengalaman dan kesaksian-kesaksian dari mereka yang pernah bertemu Allah dalam kehidupan mereka. Yesus selalu sama, tidak pernah berubah dahulu dan sekarang . Pekerjaan Roh Kudus masih berlangsung sekarang sama seperti dua ribu tahun yang lalu. Oleh karena itu firman Allah yang tercatat dalam Alkitab harus dialami secara pribadi oleh setiap orang percaya. Hanya melalui Roh Kudus, firman Allah dapat dialami oleh manusia.

Ayat Alkitab terkait:
Yohanes 5:39; 20:31.


Category Article

What's on Your Mind...