Gambar Kehendal Allah ke 2

Kehendak Allah Ke dua

Pemusnahan Iblis: Prioritas kedua dalam kehendak Allah

* Kehendak Allah untuk pemusnahan Iblis oleh Anak

Prioritas kedua dalam kehendak Allah adalah pemusnahan Iblis seperti dikatakan dalam 1 Yohanes 3:8, “Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu.”

Dari pada mulanya, Allah berada sendirian. Ia menunjuk Anak sebagai ahli waris dan menciptakan sorga untuk-Nya, dan juga para malaikat yang akan melayani Dia menyongsong kedatangan-Nya (Hebrews 1:6). Telah direncanakan supaya Anak merendahkan diri-Nya di hadapan Bapa dan masuk ke sorga melalui kematian dan kebangkitan.

Sementara itu, salah satu dari para penghulu malaikat memberontak terhadap malaikat Yehovah (Isaiah 14:12-15); Ezekiel 28:13-18). Malaikat Yehovah adalah malaikat yang melayani sebagai wakil Allah setelah Ia dipercayakan nama Allah, “Yehovah.” Jadi pemberontakan terhadap malaikat Yehovah berarti pemberontakan terhadap Allah dan nama-Nya.

Apabila Lucifer memberontak langsung terhadap Alah sendiri, tentunya ia akan dihakimi secepatnya oleh Allah, api yang menghanguskan (Hebrews 12:29). Tetapi, karena ia memberontak terhadap malaikat Yehovah dan karena ini terjadi sebelum masuknya Anak Allah ke sorga, maka menjadi satu keharusan untuk menempatkan Iblis dalam kurungan sementara, supaya Tuhan sorgawi yang memegang wibawa penghakiman bisa menghakimi dia secara hukum, dalam perjalanan-Nya ke sorga setelah Ia mengalami kematian. Dalam proses ini peperangan antara malaikat yang membuat kekacauan dan para malaikat benar (righteous angels) terjadi di sorga. Sebagai akibatnya, Lucifer, penghulu malaikat yang jatuh, dan antek-anteknya, yang berjumlah sepertiga dari malaikat-malaikat sorgawi, dibuang dari “sorga para malaikat” (langit ketiga) dan dikurung dalam langit kedua (Revelation 12:1-9; Isaiah 14:12-15; Ezekiel 28:13-19; 2 Peter 2:4; Jude 1:6).

Alkitab menyebut langit kedua di mana Satan ditempatkan sebagai “kegelapan,” “hades,” “liang gelap,” dan “alam semesta.” Sampai penghakimannya, Allah memberikan Satan sedikit otoritas terbatas dan membiarkan dia menjadi “kuasa kegelapan” (Colossians 1:13). Kemudian, setelah penciptaan ruang angkasa dari kegelapan, Satan menjadi “penguasa kerajaan angkasa” (Ephesians 2:2) dan menyebabkan Adam berdosa meskipun manusia ini diciptakan untuk mempersiapkan jalan bagi Anak Allah. Karena siapa yang dikalahkan orang, ia adalah hamba orang itu (2 Peter 2:19), umatmanusia yang termasuk kepada Adam menjadi diperbudak oleh Iblis. Sejak itu Satan menjadi “Iblis” yang memisahkan Allah dengan manusia dan “Penguasa dunia” (John 12:31; John 16:11) dengan segala otoritasnya.

Terhadap kejatuhan Adam, Allah telah bernubuat bahwa keturunan perempuan akan datang untuk meremukkan kepala Satan (Genesis 3:15), dan akhirnya 2000 tahun, Anak Allah dinyatakan kepada dunia sebagai Firman yang menjadi daging (John 1:14; John 1:18). Kemudian Iblis mengetahui bahwa Yesus adalah Anak Allah dan mencobai Dia sebanyak tiga kali (Matthew 4:1-11). Yesus mengalahkan semua pencobaan dari Iblis, tetapi Iblis secara terus menerus mencari jalan untuk menghancurkan-Nya dengan menggunakan kuasa mautnya, dan berakhir dengan menyalibkan Anak Allah yang tidak berdosa.

Meskipun demikian kebangkitan Yesus yang tidak berdosa menghancurkan kuasa maut Iblis (John 10:18; John 16:11). Kebangkitan-Nya membukakan mata dunia bahwa Iblis adalah yang melangar hukum dan dengan kebangkitan-Nya juga, Ia menjatuhkan hukuman kepada Satan yang memberontak terhadap Allah di sorga. Firman Yesus yang diulang-ulang selama kehidupan pelayanan resmi yaitu “Sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar” (John 12:31), pada akhirnya digenapi melalui kematian dan kebangkitan-Nya (John 16:11).

Pada awalnya kedatangan Anak Allah sebagai manusia adalah sebuah proses dari kerendahan hati dan penundukan diri terhadap Bapa, tetapi kejatuhan malaikat di sorga membuat Dia menambahkan penghakiman Iblis kepada kematian-Nya, maka Ia memilih untuk mati di kayu salib.

Kematian bagi Yesus adalah sebuah peristiwa yang disebabkan oleh wibawa-Nya sendiri (John 10:17-18), sedangkan bagi Satan, hal tersebut adalah untuk menghadirkan bukti nyata mengenai pemberontakannya terhadap Allah di sorga. Melalui kebangkitan. Yesus menetapkan hukuman terhadap Satan yang tidak saja memberontak terhadap Allah di sorga, tetapi juga menyalibkan Dia yang benar. Satan sekarang tidak lagi memiliki otoritas dan hanya sedang menunggu penghakiman di neraka.

Ayat terkait:
1 John 3:8; Hebrews 2:14


Category Article

What's on Your Mind...